Tuesday, February 18, 2014

Gunung Kelud / Kloot Volcano atau sering juga dituliskan menjadi Kelut yang dalam bahasa Jawa berarti “sapu”. dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete, adalah sebuah gunung berapi di Jawa Timur, yang masih aktif.

Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.

A. Letusan Pra Abad 20

Sejak tahun 1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.

Sedangkan sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa.

Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.

B. Letusan Abad ke-20

Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat pernah meletus sebanyak lima kali, yaitu pada tahun :
Quote:

- Tahun 1901

(selang 18 tahun)

- Tahun 1919 (1 Mei)

(selang 32 tahun)

- Tahun 1951

(selang 15 tahun)

- Tahun 1966

(selang 24 tahun)

- Tahun 1990.

(selang 17 tahun ke letusan berikutnya, 2007)


Pola ini membawa para ahli gunung api kepada ‘siklus 15 tahunan’ bagi letusan gunung ini.

Selain itu Hugo Cool pada tahun 1907 ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat.

Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.

1. Letusan tahun 1919


Pada letusan di tahun 1919 ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban hingga 5.160 jiwa. Letusan dahsyat yang mematikan pada tahun 1919 ini juga merusak sampai 15.000 hektar lahan produktif.

Hal itu terjadi akibat aliran lahar Kelud yang mencapai hingga 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar sejak tahun 1905.

Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air Danau Kawah.

Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan selesai pada tahun 1926.

Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan dan masih berfungsi hingga beberapa tahun kedepannya.

2. Letusan tahun 1966


Kelud tunnelPada masa setelah kemerdekaan, dibangun lagi terowongan baru sebagai tambahan dari terowongan yang lama, setelah letusan tahun 1966.

Terowongan atau tunnel yang baru itu berada 45 meter di bawah terowongan lama.

Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.

3. Letusan tahun 1990



Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu dari tanggal 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar hingga 24 kilometer dari danau kawah dan melalui 11 sungai yang berhulu dari gunung itu.

Letusan ini sempat menutup Terowongan Ampera akibat banyaknya volume material vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung ini.

Sehingga hal itu menyebabkan Terowongan Ampera tersebut tak dapat menampung lagi jumlah material yang ada, lalu buntu atau tersumbat. Proses normalisasi Terowongan Ampera baru selesai pada tahun 1994.

C. Letusan Abad ke-21

Memasuki abad ke-21, gunung Kelud telah tiga kali mengalami erupsi, yaitu pada tahun:
Quote:
- Tahun 2007

(selang 3 tahun)

- Tahun 2010

(selang 4 tahun)

- Tahun 2014

Perubahan frekuensi letusan ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava yang terjadi mulut kawah gunung.
1. Dijadikan Daya Tarik Objek Wisata

Sejak tahun 2004, hubungan jalan darat menuju kawasan puncak Gunung Kelud telah diperbaiki untuk mempermudah para wisatawan serta penduduk.

Gunung Kelud telah menjadi obyek wisata Kabupaten Kediri dengan atraksi utama adalah kubah lava. Di puncak Gajahmungkur dibangun gardu pandang dengan tangga terbuat dari semen.

Pada malam akhir pekan, kubah lava diberi penerangan lampu berwarna-warni.



Selain itu, telah disediakan pula jalur panjat tebing di puncak Sumbing, pemandian air panas, serta flying fox.

Tindakan Kabupaten Kediri membangun kawasan wisata ini mendapat protes dari Kabupaten Blitar, yang menganggap wilayah puncak Kelud merupakan wilayahnya.

Sengketa wilayah ini terutama meruncing setelah turunnya Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/113/KPTS/013/2012 yang menyatakan bahwa kawasan puncak Kelud merupakan wilayah Kabupaten Kediri.

2. Letusan tahun 2007


Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November di tahun yang sama

Gejala ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh.

Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir tahun 2007) yang membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk sekitarnya.

Status “awas” (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.

Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal.


Keterangan foto-foto diatas: Foto kubah lava Gunung Kelud pada November 2007 saat munculnya sumbatan “anak gunung baru” dikawah lavanya membuat danau menguap dan lama-kelaman menghilang.
Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak.

Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.

Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih yang mengepul dari tengah danau kawah

Lalu diikuti dengan munculnya kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007, dan kubah itu terus “tumbuh” hingga berukuran selebar 100 m (lihat foto dibawah).


(volcano.si.edu)

Akibatnya air di danau kawah gunung Kelud terus menguap karena panas yang berasal dari bawahnya, akhirnya danau mengecil dan hanya berupa kubangan.

Para ahli menganggap bahwa kubah lava itulah yang selama ini menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa pada letusan sebelumnya ditahun 1990.

Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi “siaga”
(tingkat 3).

Akibatnya, danau kawah Gunung Kelud praktis “hilang” karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.


Gunung Kelud 2012. Kubah lava 2007 tampak di tengah, dengan latar belakang Puncak Kelud. Di sebelah kiri adalah bagian dari Puncak Gajahmungkur. (alain.lave.be)

3. Letusan tahun 2014


Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai kembali terjadi di akhir tahun 2013. Pada 10 Februari 2014, status meningkat menjadi Siaga (Level III)

Pada 13 Februari 2014, sebelum meletus, tercatat gunung Kelud telah mengalami gempa vulkanik dangkal sebanyak 190 kali, dan gempa vulkanik dalam sebanyak 442 kali pada pukul 12:00-18:00 WIB

Pada pukul 21.15 WIB, status menjadi Awas. Persiapan-persiapan mengenai kebencanaan telah mulai dilakukan. Kawasan seputar 5 km dari titik puncak kawah telah disterilkan dari kegiatan manusia. Lalu, radius pengosongan aktifitas manusia diperlebar menjadi 10 km dari puncak.
Erupsi tipe eksplosif diprediksikan akan kembali terjadi setelah hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga dilokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, yaitu wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, bahkan hingga kota Pare, Kediri.

Menurut rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG), wilayah Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava. Karena erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 (pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) bisa saja terjadi.
kelud volcanic dust on borobudur



Candi Borobudur terkena abu vulkanik Kelud, 14 Februari 2014.

Benar saja, belum sempat pengungsian dilakukan, pada 13 Februari 2014 pukul 22.50 terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif).

Abu vulkanik Kelud yang terlontar pada letusan terdahsyatnya, setinggi 17 kilometer! Dan melontarkan kerikil sejauh 25 kilometer!

Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.

Pada tanggal 14 Februari 2014, saat dini hari, gemuruh aktivitas gunung juga sesekali terdengar hingga wilayah Kabupaten Jombang.

Pada pukul 02:00 AM, letusan Gunung Kelud mulai mereda. Namun untuk mencegah hal yang tak diinginkan, BMKG tetap menyatakan area steril dengan radius sejauh 10 kilometer dari puncak Kelud tetap berlaku.

Di daerah Madiun dan Magetan jarak pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan-pelan.


Di sisi lain banyak pengguna kendaraan atau warga di sekitar Kota Madiun yang terganggu akibat erupsi tersebut.

Pada letusan gunung Kelud sejak Kamis malam hingga Jum’at dini hari, (13-14 Februari 2014), telah menyebabkan 2 orang tewas akibat kecelakaan saat mengungsi dan membuat 100.248 orang harus menjauh dan diungsikan dengan jarak minimal 10 kilometer.

Sementara itu beberapa bandara di pulau Jawa ditutup akibat tebalnya abu vulkanik. Bandara yang ditutup diantaranya adalah bandara di Surabaya, Malang, Jogjakarta, Semarang, Solo bahkan Bandung.

Akibatnya ratusan penerbangan dibatalkan. Pihak angkasa pura dan maskapai penerbangan mengaku merugi hingga milyaran rupiah.

Empat hingga lima buah alat pencatatan aktivitas di Pos Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) sekitar Gunung Kelud, Kediri Jawa Timur juga mengalami kerusakan.

Alat berupa seismograf itu rusak akibat tertimbun oleh material batu dan debu yang berjarak hanya lima kilometer dari gunung.

Rusaknya alat tersebut mengganggu PVMBG untuk memantau aktivitas gunung Kelud dari kantor PVMBG yang ditampilkan melalui layar, menjadi tidak berfungsi sama sekali. Maka pertugas melakukan pemantauan selanjutnya dengan peralatan manual.

C. Hubungan Letusan Gunung Kelud 2014 dan Fenomena Alam

Pada letusan tahun 2014 ini pula, banyak kejadian yang berhasil direkam oleh media ataupun oleh warga. Jadi, ini adalah kali pertamanya gunung Kelud banyak didokumentasikan oleh media dan individu, dibanding dengan letusan-letusan sebelumnya yang mungkin jauh lebih mematikan dan tak sebanding dengan kedahsyatan letusannya di tahun 2014 ini.

1. Sebaran abu dan material vulkanik


Sebuah pasawat yang sedang parkir di bandara Juanda Surabaya terlihat terkena abu vulkanik dari gunung Kelud

Pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014, awan debu vulkanik gunung Kelud terbawa angin hingga ratusan kilometer ke arah barat dan timur pulau Jawa. Material vulkanik yang dilontarkan gunung Kelud saat meletus adalah setinggi 17 kilometer, dan jatuhan material kerikil kurang lebih sejauh 20 kilometer.

Lontaran material vulkanik dengan energi kuat inilah yang menyebabkan tersebarnya abu gunung Kelud dapat menyebar dengan jarak yang jauh, hingga ratusan kilometer dari kepundannya.

Pada ketinggian 1-5 kilometer, hembusan angin ke arah timur dan membawa debu vulkanik hingga ke kota Ampenan di pulau Lombok. Sedangkan pada ketinggian 5-17 kilometer, hembusan angin ke arah barat dan membuat kota diwilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta sempat gelap.

Bahkan pada siang dan sore hari pada tanggal yang sama, 14 Februari 2014, debu dapat mencapai hingga Ciamis, Garut, Tasikmalaya dan Bandung bahklan Bogor di Jawa Barat.

Pada tanggal 15 Februari 2014, hembusan angin cenderung berubah arah yaitu kearah selatan dan tenggara.

Hal ini membuat sisa-sisa material abu vulkanik gunung Kelud yang masih melayang di angkasa merubah arahnya ke Samudera Hindia. Akibatnya hujan abu vulkanik dibeberapa wilayah dan kota sudah mulai berkurang.

2. Petir dan Guntur diatas Gunung Kelud


Rekaman berupa foto dan video (lihat pada bawah halaman) saat Kelud menggelegar banyak yang beredar. Bahkan terlihat hingga banyak sekali petir menyambar dengan suara guntur. Secara ilmiah, petir tersebut dalam bahasa Inggris dinamakan dirty thunderstorm atau juga volcanic lightning.

Dirty thunderstorm atau juga volcanic lightning ini merupakan fenomena cuaca yang terjadi ketika aktivitas gunung mulai meningkat dan akhirnya memunculkan petir.


3. Hubungan Konjungsi Bulan dan Letusan Kelud


Perlu diketahui bahwa aktifitas gempa tektonik maupun gempa vulkanik biasanya beriringan dengan saat konjungsi maupun purnama Bulan.



Adapun purnama Bulan pada bulan Robi’ul Akhir itu bertepatan dengan tanggal 15 Februari 2014 pukul 05:55:46 , yang berarti gunung Kelud meletus 32 jam 5 menit 46 detik sebelum saat purnama.

Gunung Kelud meletus beberapa saat (9 menit) setelah Bulan transit di atas langit.

Saat transit bulan, adalah saat dimana posisi Bulan, Bumi dan matahari berada hampir atau paling sejajar pada garis lurus.

Artinya, Bulan berada pada posisi paling vertikal diatas kepala kita pada hari itu, atau yang terjadi pada saat jarak sudut (elongasi) suatu benda dengan benda lainnya, walau tak terjadio gerhana Bulan namun nyaris nol derajat.


Pada hari itu, Kamis, 13 Februari 2014 Bulan transit di atas langit Malang dan sekitarnya pada pukul 22:41 WIB, sembilan menit kemudian yakni pukul 22:50 WIB gunung Kelud meletus.

Posisi Bulan saat transit pukul 22:41 WIB berada di azimut 00° 11’ Altitude 68° 50’ dihitung dari lokasi Gunung Kelud yang mana koordinatnya 112° 18’ 28” bujur timur, 7° 55’ 48” lintang selatan.

Adakah korelasinya antara aktivitas gunung meletus dengan fase-fase Bulan maupun transit Bulan? Secara ilmiah saat ini belum ditemukan korelasinya, akan tetapi sudah pasti terjadi peningkatan gaya gravitasi.

Jadi, bisa saja aktivitas vulkanik yang meningkat pada level tertentu sebelum gunung Kelud meletus, adalah akibat adanya pengaruh gaya gravitasi Bulan yang lebih dominan pada saat Bulan transit diatas kota Malang.

Hal tersebut tentunya sedikit banyak akan menarik magma gunung berapi ke arah atas, sehingga memicu gunung berapi yang kondisinya sudah di ujung tanduk untuk meletus.

4. Abu Vulkanik Gunung Kelud Berbeda
Saat letusan di tahun 2014 ini, gunung Kelud telah memuntahkan material vulkanik sebanyak 100 juta meter kubik. Material sebanyak itu hanya dimuntahkan Kelud dalam waktu singkat.

Jika dibandingkan dengan gunung Merapi yang meletus sebelumnya, maka material vulkanik yang harus dikeluarkan Merapi untuk mencapai 100 juta meter kubik dibutuhkan waktu sebulan lamanya.

Sedangkan jika dibandingkan dengan gunung Sinabung yang meletus sejak September 2013 hingga Februari 2014, dan masih terus berlangsung, atau 5 bulan lamanya, material vulkanik yang dikeluarkan belum mencapai 100 juta meter kubik.

Tekstur abu vulkanik gunung Kelud yang diteliti pun, ternyata lebih lembut jika dibandingkan dengan abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi. Warna abu juga berbeda. Abu dari Kelud berwarna kecokelatan, sedangkan abu Merapi cenderung abu-abu.

Kandungan kimia abu dari Kelud masih diteliti. Karena teksturnya sangat lembut, abu itu sangat mudah terserap ke dalam paru-paru jika terhirup. Karena itu, masyarakat diwajibkan menggunakan masker.
kelud volcanic dust in Jogjakarta 14 Feb. 2014.



Debu material Kelud di Jogjakarta, pagi hari 14 Feb. 2014.
Walaupun bertekstur lembut, abu vulkanik dari Kelud juga sangat licin. Abu vulkanik ini akan memadat dan mengeras jika tersiram air.

Ini membahayakan warga yang mengendarai mobil atau sepeda motor karena jalanan yang tertutup abu menjadi licin. Warga diminta berhati-hati.

Abu vulkanik mengandung beberapa unsur kimia. Yang paling dominan adalah silika, aluminium, kalsium, dan kadar besi.

Pihak pelayanan masyarakat atau pemerintah telah mengimbau kepada masyarakat agar mengenakan masker. Sebab, abu vulkanik bisa mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

E. Morfologi Gunung Kelud

Gunung api ini termasuk dalam tipe stratovulkan (strato-volcano) dengan karakteristik letusan yang eksplosif. Seperti banyak gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Kelud terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia.


Kelud pada 1922 setelah letusan besar yang terjadi pada Mei 1919 diikuti letusan berikutnya pada Desember 1920. Tampak belum ada vegetasi.
This August 1922 photo taken from the Northwest, shows the still vegetation-free summit of Kelut volcano following the powerful May 1919 eruption and the relatively mild December 1920 eruption. The 1919 eruption produced devastating pyroclastic flows and lahars that killed over 5,000 people. Photo courtesy of Volcanological Survey of Indonesia. (landslides.usgs.gov)

Gunung Kelud adalah salah satu gunung yang istimewa di Jawa Timur karena letusannya bersifat mendadak, sangat eksplosif dan merusak.

Itu sebabnya terbukti dalam catatan sejarah, bahwa gunung Kelud termasuk gunung di Indonesia yang pernah memakan banyak korban jiwa hingga ribuan, namun tipe letusan seperti gunung Kelud ini cepat mereda.

Setelah letusannya, Gunung Kelud biasanya membentuk kawah lebar yang kemudian terisi air hujan sehingga membentuk danau kawah.

Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar pada masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya runtuh terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu.

Puncak Kelud adalah yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya adalah ‘Puncak Gajahmungkur’ di sisi barat dan ‘Puncak Sumbing’ di sisi selatan.


Artikel terkait:

0 comments:

Post a Comment